Senin, 13 Januari 2014

DPRDSU Desak Kejatisu Usut Anggaran Listrik Masuk Desa TA 2010-2012 Senilai Rp145 M

Medan, (Analisa)
Anggota DPRD Sumut Ramli mendesak Kejatisu segera mengusut  tuntas peng-gunaan anggaran Listrik Masuk Desa (Lindes) di Sumut sejak TA 2010-2012 yang nilai totalnya mencapai Rp145 miliar lebih, tapi hingga kini masih banyak desa-desa yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota belum teraliri arus listrik, termasuk di daerah Kepulauan Nias yang masih ada sekitar 750 desa belum menikmati penerangan listrik.


“Kita mendesak aparat terkait, seperti Kejatisu maupun Poldasu untuk melakukan pengusutan anggaran listrik masuk desa di Sumut terhitung sejak TA 2010 – 2012 yang nilai totalnya mencapai Rp145 miliar, karena ditengarai ada dugaan penyelewengan, karena masih banyak desa yang mengalami gelap-gulita dan menggunakan lampu teplok sebagai alat penerangan di malam hari,” ujar Ramli kepada wartawan, Selasa (10/12) di DPRD Sumut seusai melakukan kegiatan Reses ke Kepulauan Nias.


Ramli yang juga anggota Komisi A DPRD Sumut itu bahkan mencontohkan di daerah Kepulauan Nias, sedikitnya 750 desa belum masuk listrik, sehingga ke-hidupan masyarakat di desa tersebut sangat memprihatinkan, karena sejak 68 tahun Indonesia Merdeka tidak bisa “mengecap” nikmatnya kemerdekaan, sebab masih banyak masyarakat menggunakan lampu teplok. 

Jikapun ada lampu listrik, tapi masih menggunakan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang kerap mengalami kerusakan. 

“Dari pengaduan masyarakat kepada dewan, PLTS yang disediakan pemerintah kepada sejumlah desa sangat tidak memuaskan, bahkan kerap mengalami kerusakan, sehingga kondisinya saat ini tidak terpakai lagi alias mubazir. 

Besar harapan masyarakat, PT PLN segera mema-sang jaringan arus listrik ke 750 desa dimaksud, agar bisa terang-benderang,” tambah politisi Partai Demokrat Sumut itu.


Heran


Ramli juga mengungkapkan keheranannya, mengapa masih banyak desa di Sumut belum masuk arus listrik, padahal  informasi dari ”orang dalam” PT PLN  tentang dana program listrik masuk desa begitu besar dianggarkan setiap tahunnya.

Namun faktanya di lapangan, masih banyak desa-desa mengalami “gelap-gulita”, sehingga masyarakatnya sangat menderita, terutama anak-anak sekolah  terpaksa menggunakan lampu teplok ketika belajar pada malam hari. 


Dari data yang diperoleh Ramli menyebutkan, perincian anggaran listrik masuk desa untuk Sumut besarnya pada tahun 2010 dianggarkan di APBN mencapai Rp7 miliar lebih, pada tahun 2011 naik menjadi Rp98 miliar dan pada tahun 2012 terjadi penurunan, hanya sebesar Rp 40 miliar lebih. Jadi totalnya selama 3 tahun  mencapai Rp145 miliar.

“Kegunaan anggaran yang telah menghabiskan Rp145 miliar ini yang perlu diusut Kejatisu dan Poldasu. Kemana saja dana itu digunakan dan mengapa masih banyak desa-desa belum teraliri listrik. 

Disini kita ingin mengetahui, kemana saja anggaran itu diperuntukkan dan perusahaan apa saja yang mengerjakan proyek Lindes (listrik masuk desa ini)” ujar Ramli dengan tegas.


Diakhir keterangannya, Ramli  mendesak PT PLN untuk lebih serius dan secepatnya “menerangi” desa-desa di Sumut, termasuk 750 desa di Kepulauan Nias yang belum teraliri arus listrik  sesuai target Sumut “mantap listrik” pada 2014, guna menghindari aksi-aksi protes dari masya-rakat yang sudah lama merindukan daerahnya terang-benderang, tapi hingga kini belum terealisasi. (di)